Ketiga sahabat itu memanglah sangat-sangat tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Arman, Ardi, dan Dani. Mereka bertiga seperti raga yang telah diciptakan khusus oleh tuhan Yang Maha Kuasa. Di mulai dari Sekolah Dasar, mereka bersama-sama, meskipun pernah terjadi pertengkaran diantara mereka, tapi semua itu segera berakhir. “Ardi, bolehkah aku meminjam mainan robot-robotanmu itu?” tanya Dani. “ Tidak, kau tidak boleh meminjam mainanku ini, ini adalah barang berharga satu-satunya milikku!” ,teriak Ardi. “Tapi aku ingin memainkannya sebentar robot-robotan kayu milikmu itu cuma sebentar saja.” ,paksa Dani. “Tidak boleh, sekali tidak tetap TIDAK.” ,Ardi marah besar kepada Dani. “ Cuma sebentar saja.” ,dengan penuh paksaan terhadap Ardi.
Akhirnya Ardi memberikan mainan robot-robotan yang terbuat dari kayu itu kepada Dani. Dani memainkan robot-robotan itu dengan sambil lari-lari, tiba-tiba ada batu, dan dia terjatuh karena telah tersandung batu itu. Robot-robotannya itu rusak total. Tidak satu puing pun yang tersisa untuk bias diperbaiki.
Ardi tentu saja sangat-sangat marah besar kepadanya, karena robot-robotan itu adalah pemberian almarhum ayahnya. Sudah meminjam secara paksa, kemudian merusaknya. Terjadilah pertengkaran disitu antara Ardi dan Dani, mereka hampir saja bertengkar secara tidak sadar, dan hampir saja pukul-pukulan mereka akan mengakibatkan darah tubuh mereka sendiri keluar. Akhirnya Arman melerai mereka, Ardi hanya bisa menangis bukan dalam artian cengeng atau apa-apa. Karena dia ingat kalau Dani itu merupakan sahabat terbaik, dan tidak akan pernah melukainya lagi.
Setelah dua minggu mereka berdiam-diaman terus, dan Arman sebagai orang yang netral diantara mereka. Setelah beberapa kali Arman menasihati Dani karena sifat kesombongannya dan sifat cueknya itu, kebal sekali dia dinasehati, setelah berhasil mendengarkan perkataan Arman yang sangat mengetuk hati akhirnya Dani minta maaf kepada Ardi. Dan mereka pun saling bermaafan antara satu sama lain, meskipun dalam lubuk hati terdalam Ardi masih ada rasa kesal, marah, dan tidak karuan, tetapi dia harus melupakannya, karena nasi telah menjadi bubur. Tidak akan bisa kembali lagi menjadi baik. Untung saja Ardi berpikiran dewasa meskipun dia baru kelas 4 SD sama seperti halnya Dani dan Arman.
Setelah 6 tahun bersama di SD, mereka menginjak ke SMP. Seperti biasanya, mereka memilih sekolah yang sama, kelas bersama, dan ekskul yang bersama-sama mereka bertiga suka. Di sini mereka mulai mengenal bagaimana indahnya melihat lawan jenis mereka, mereka bertiga memiliki pilihan yang berbeda-beda. Arman selalu suka wanita yang sholeh, baik hati, pintar, cantik luarnya, maupun dalamnya. Lain halnya dengan Dani yang menyukai wanita yang seksi, popular di sekolah, dan kaya raya tentunya. Berbeda lagi dengan Ardi, yang menyukai wanita yang dingin, cuek,jutek dan bikin penasaran hatinya.
Ketiganya memiliki perbedaan tipe satu sama lain. Dua bulan tidak terasa mereka hanya sibuk dengan idaman wanitanya itu tanpa menyadari mereka telah berpisah bersama dengan sahabat-sahabat mereka sendiri. Setelah mereka bertiga sadar kalau waktunya itu hanya terbuang oleh kenafsuan mereka sendiri dengan mengejar-ngejar pujaan hatinya, mereka pun kembali bersama-sama, main bersama, ng-band bersama, dan telah sepakat membantu satu sama lain untuk menaklukan masing-masing pujaan atau dambaan hatinya.
Taktik mereka bertiga pun berhasil menaklukan hati belahan jiwa mereka. Sangat berbahagialah dengan pasangan masing-masing dengan susah payah berupaya mendekati sang wanita-wanita itu. Tetapi perasaan mereka tidak berlangsung lama, setelah akan menghadapi ujian.
Konsentrasi terhadap pelajaran adalah satu-satunya kunci keberhasilan dalam Ujian Nasional. Mengisi kekosongan dengan saling sering terhadap pelajaran adalah pekerjaan yang sedang ditekuni oleh mereka bertiga. Dan pada sampai waktunya, mereka berhasil mengerjakan soal-soal tanpa beban, karena otak mereka yang cerdas.
Lulus dengan nilai hasil memuaskan adalah tujuan mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Libur panjang telah menanti, mereka berpikir untuk pergi berlibur ke pantai bersama untuk berekreasi sesaat, setelah otak mereka di pekerjakan terus-menerus hingga batas akhir. Disana Arman, Dani, dan Ardi bersenang senang. Ketika di pantai yang indah, mereka mengungkapkan mimpi-mimpi yang sama dirasakan oleh ketiga insan manusia itu.
“Setelah dewasa nanti, aku ingin sekali membangun perusahaan yang besar, hingga masa kejayaannnya.” ,ungkap Dani. “Aku ingin sekali mempunyai pondok pesantren Al-Qur’an yang besar pula, karena aku ingin lebih mendekati Allah dan lebih bertawakal kepadanya.” ,ungkap Arman. “Tetapi aku juga mempunyai mimpi sama seperti kalian, aku ingin mempunyai rumah sakit yang besar dan aku yang sebagai pemimpin rumah sakit itu.”,ungkap Ardi.
“Amin-amin mudah-mudahan impian kita tercapai, tapi ada satu hal yang harus kalian ketahui.” kata Dani. “ Apa itu?” ,(Tanya Arman dan Ardi). “Kalian berdua harus membantu perusahaanku sampai memuncak kejayaannya nanti, tapi aku pun juga tetap memperbolehkan kalian berdua untuk menjalankan pekerjaan kalian masing-masing sambil membantu perusahaanku, karena tanpa kalian hidup itu terasa hampa. Disamping itu juga kalian mempunyai pekerjaan tambahan bukan dengan berpolitik bersamaku, bagaimana?” ,Dani mengungkapkan keinginannya seolah-olah dia yang paling mengatur hidup sahabat-sahabatnya sendiri.
“Oke juga idemu itu!” Arman setuju. “ Oke, bagaimana denganmu Ardi?” ,Tanya Dani. “Aku ikut kalian saja!”(setuju Ardi). “ Oke fine semuanya.” ,ujar Dani bahagia.
Setelah beberapa tahun kemudian, impian mereka pun terkabulkan. Dani mempunyai perusahaan sendiri. Arman memiliki pondok pesantren yang cukup terkenal, begitu pula dengan Ardi yang berhasil memiliki rumah sakit besar yang dipimpinnya sendiri. Ardi dan Arman pun tidak lupa dengan janji-janji mereka terhadapa Dani yang akan membantunya dengan terus mencapai masa kejayaan perusahaannya.
Sampai pada masa kejayaan Dani, mereka merayakannya dengan menikah bersama dengan pasangan yang mereka pilih sesuai dengan criteria masing-masing. Tetapi Arman setelah menikah nanti, dia akan berbulan madu di Mesir dan akan hidup bersama istrinya disana, dan entah kapan pulang ke Indonesia karena ada pekerjaan yang memakan waktu cukup lama sekali yang memaksanya untuk bekerja disana.
Setelah Arman pergi dengan rasa sedih di dalam hati Dani dan Ardi. Meskipun Arman tidak sanggup untuk meninggalkan kedua sahabatnya itu, tetapi dia tetap harus pergi demi menyambung karirnya. Ardi dan Dani pun harus melepas kepergiannya.
Satu tahun tidak terasa kepergian Arman begitu cepat, istri Dani dan Arman melahirkan secara bersama-sama, Begitu pula istri Arman melahirkan putri pertamanya yang diberi nama Nayla An-Nur Sadiyah. Melahirkan di Negara Mesir tanpa memberi tahu kedua sahabatnya, karena urusan pekerjaan yang menumpuk dan memaksa Arman untuk bekerja keras.
Istri Dani melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Ihsan Firdaus. Dan istri Ardi melahirkan putri pertama mereka yang diberi nama Arrisa Nur Fadhilah.
Tapi kebahagiaan itu tidak seabadi mungkin, masalah-demi masalah bertubi-tubi, rumah sakit besar milik Ardi bangkrut karena ada yang mengkhianatinya. Dia sangat bingung untuk menyambung hidupnya, dia berusaha menghubungi Arman untuk memberikan pekerjaan tambahan untuknya, tapi tidak berhasil. Karena Arman sangatlah sibuk dengan pekerjaannya, belum lagi tekanan batin yang diberikan oleh Dani, karena Ardi tidak bekerja dengan baik untuknya.
Sampai pada titik kebingungannya, tanpa pikir panjang, akhirnya Ardi mengambil alih seluruh angket perusahaan milik Dani, tanpa sadar kalau Dani adalah sahabatnya terbaik dari dulu.
Dani pun merasa aneh, karena lama-kelamaan orang-orang di kantor mulai beda dan aneh kepadanya. Setelah mengetahui sebenarnya, dia sangatlah marah, nafsunya memuncak. Kemudian Dani mengajak Ardi untuk berbicara atau menjelaskan langsung di sebuah caffe yang sepi untuk mengatasinya dengan otak yang dingin.
Tibalah mereka berdua di sebuah caffe yang dituju. Memesan makanan dan mulai berbincang dengan serius. “Oke sekarang jelaskan, kenapa angket-angketku atau hasil-hasil jerih payahku tidak sampai kepada tanganku sendiri, dan mengapa orang-orang kantor terasa beda terhadapku?” ,tanya Dani dengan nada tinggi dengan emosi. ” Maaf Dan, sebenarnya aku bingung harus bagaimana, rumah sakit yang telah jerih payah di bangun olehku, hangus semua karena perbuatan orang yang selama ini aku percaya. Aku telah menghubungi Arman untuk memberikan pekerjaan tambahan padakau, tapi hasilnya sia-sia, aku bingung harus bagaimana lagi, atasanku ini memperlakukan aku seperti binatang, sering membentakku, menghina, mencaci maki, karena pekerjaanku yang selama ini tidak becus karena masalah yang dating terhadapaku. Atasanku ini juga tidak sadar, kalau yang dibentak-bentaknya itu adalah sahabatnya sendiri (tertuju pada Dani). Jadi terpaksa karena kesakitan hatiku, aku merebut semua angket-angketmu dan hasil jerih payahmu untuk melangsungkan hidupku!” ,ungkap Ardi dengan nada puas.
“Dasarrrr kau penjahat sialaaannn…aku selama ini membentakmu, dan sering menghinamu, itu karena kesalahan kau sendiri yang selalu tidak bisa becus dalam pekerjaanmu! Aku tidak lupa kau brengsek adalah sahabatku!” ,bentak Dani.
“Benar, aku memang tidak becus dalam pekerjaanku, karena kau tidak tahu apa yang melatar belakangi aku menjadi seperti ini!!!kau hanya memikirkan diri sendiri,tanpa memikirkan keadaanku sekarang!” ,seru Ardi.
“Lancang kau telah berbicara seperti itu!” ,tanpa sadar, Dani mengambil pisau yang disediakan untuk makan, dia menusukkannya ke dalam perut Ardi. “Terimakasih atas pembalasanmu selama ini Dani, ini adalah hadiah terbesar yang telah kau lakukan kepadaku selama ini!” ,jelas Ardi dalam keaadaan sakit. Kemudian Dani sadar apa yang telah dilakukannya itu sangat-sangat melampaui batas. Dia langsung kabur lewat jendela dengan rasa bersalah.
Pelayan yang ada di caffe itu pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi lama-kelamaan para pelayan pun curiga dengan apa yang telah terjadi di ruangan itu sampai suara mereka terdengar keras-keras tidak ada yang mau mengalah kemudian sunyi tanpa ada siapapun. Salah satu pelayan mendobrak pintu itu, pintu itu terbuka, semua orang yang berada di situ semuanya kaget. Mereka semua hanya melihat orang yang tidak bernyawa dengan darah yang berceceran di atas lantai.
Pelayan di caffe itu langsung membawanya ke UGD dan memberitahukan pihak keluarganya untuk mengetahuinya. Tapi nyawa Ardi tidak terselamatkan, sampai hembusan nafas terakhirnya di dalam dekapan sang istri dan putrinya Arrisa. “Ayah!kenapa Ayah meninggalkan kami begitu cepatttt!siapa yang melakukan semua ini Ayah siapa???” ,tangisan Arrisa tidak tertahankan. “Sabar putriku, sahabat Ayah”. perkataan terakhir Ardi. “Jangannnnnn Ayahhhhhhhh jangannnnnn”. Seketika itu Ardi menutupkan mata untuk yang terakhir kalinya.
Sementara itu, dani dan keluarganya segera bergegas meninggalkan Indonesia agar tidak bisa tertangkap oleh pihak kepolisian. Keluarga Dani pindah ke Amerika tanpa di ketahui oleh siapapun. Dengan dihantui rasa bersalah, karena telah melenyapkan salah satu raganya sendiri.
10 tahun kemudian setelah lamanaya Ardi meninggal, Arrisa tumbuh cantik dan dewasa, dan ketika itu juga keluarga Arman pulang ke Indonesia. Nayla pun tumbuh cantik dewasa. Arrisa segera menceritakan semua yang terjadi kepada keluarganya. Arman pun sedih dan merasa bersalah setelah berapa tahun lamanya tidak memberi kabar kepada sahabat-sahabatnya. Ia sangat menyesal, dan langsung ke makam Ardi pada waktu itu juga. Arman memutuskan untuk tinggal di Indonesia untuk selamanya.
Dani pulang bersama keluarganya, tapi mereka diam-diam dan tidak ada kabar yang diketahui oleh Arman atau pun Arrisa. Ihsan tumbuh dewasa dan tampan, layaknya pemain film. Dia membangun perusahaan mulai dari nol, untuk meneruskan kelangsungan hidup keluarganya, karena ayahnya sudah tidak mampu untuk bekerja, karena penyakit yang datang bertubi-tubi menusuk badannya, karena hidupnya yang tidak selalu tenang, dihantui rasa bersalah.
Perusahaan Ihsan sukses dan mencapai masa kejayaan, dia mulai menyukai seorang wanita di kantornya. Wajahnya yang cantik, pintar, cerdas, shaleh itu tiada kata yaitu Nayla, anak dari sahabat ayahnya sendiri. Begitupun dengan Nayla yang tertarik dengan sang atasannya itu.
Akhirnya mereka berpacaran, dan berlangsung lama. Nayla tidak pernah bercerita kepada Arrisa identitas kekasihnya itu, karena dianggap malu mengakuinya, Nayla yang lulusan Mesir bisa berpacaran tanpa langsung menghitbahnya dan tidak mau kalau Ihsan direbut Arrisa, karena dia lebih cantik daripadanya. Tiap kali Arrisa menanyakannya, Nayla terus saja menghindari pertanyaan sahabatnya itu. “Apakah kamu sudah punya pacar?kalau sudah kok aku selalu gak di kasih tahu si Nay?” ,Tanya Arrisa.“Bukan maksud begitu Riss, aku hanya dekat saja dengan dia tidak lebih.” ,jawab Nayla. Dia tidak pernah mengakui keberadaan Ihsan kepada Arrisa. Berulang-ulang kali Arrisa menanyakan semua itu, tapi Nayla selalu saja menghindari pertanyaannya. Padahal Arrisa sendiri tidak akan memarahinya, kalau seandainya dia punya pacar, dia hanya ingin sahabatnya sendiri selalu bercerita tentang keadaannya yang selalu berbunga-bunga.
Sampai pada akhirnya Nayla bosan dengan pertanyaan yang dilontarkan Arrisa, dia pun menjawab tetapi tidak sepenuhnya menjawab. “Nay, ayolahhh aku merasa tidak dianggap olehmu, sebagai sahabat, harusnya kamu selalu terbuka kepadaku, bukan malah menghindariku, kita kan sudah bersahabat lama sekali. Masa masalah beginian kamu tidak mau cerita?” ,Tanya Arrisa dengan sangat penasaran.“Oke-oke aku akan memberitahumu, tapi pas detik-detik aku menikah nanti dengannya, maksudku tunangan yang akan datang, kamu harus datang ya!” ,ajak Nayla.“ Iya baik-baik aku akan datang tepat waktu.” ,seru Arrisa. Setelah dua-duanya saling sepakat, 1 tahun kemudian acara pertunanagan itu berlangsung dengan meriah, dengan acara islami tentunya.
Banyak sekali orang-orang kantoran dan pesantren yang datang, seketika itu Nayla akan memperkenalkan Ihsan kepada Arrisa. “Ass, Riss…perkenalkan ini Ihsan pria yang akan menyuntingku nanti” , kata Nayla .“ Wa’alaikumsalam Sohib, subhanallah, kenapa tidak dari dulu saja kau memperkenalkannya kepadaku.” ,seru Arrisa. “Wah…wah jadi selama ini kamu menyembunyikan aku ya dari sahabatmu sendiri.” ,kata Ihsan. “Surprise, inilah kejutan sayang, ini kejutan untukmu belahan jiwaku dan untukmu Riss ragaku” ,jawab Nayla dengan gembira.“Terimakasihhh”. Kompak Arrisa dan Ihsan.
Tapi suasana menjadi ricuh, ketika ayah Ihsan datang bersama istrinya. Terjadilah pertengkaran disitu.
“ Kau…..kau yang telah membunuh ayahku, dasar manusia tidak punya hati, berani-beraninya kau akan mempernikahkan anakmu bersama sahabatku” ,bentak Arrisa. Dan seketika itu Arman dan istrinya datang dan terkejut dengan perasaan bersalah mereka karena tidak pernah bercerita kalau yang akan menikah dengan putrinya itu adalah anak yang ayahnya telah membunuh Arrisa. “ Maafkan Om Riss, om merasa bersalah dengan kejadian yang dulu, waktu itu om emosi kepada ayahmu.” ,sesal Dani.“Kalau merasa bersalah sekarang juga om datang ke kantor polisi dan akui semua kesalahanmu.” ,bentak Arrisa.“Om tidak bisa Riss, ampuni om, jangan kau membatalkan pernikahan anak kami.” Permohonan Dani. “Iya Riss, om juga minta maaf, karena tidak memberi tahumu, kalau yang akan ditikahkan itu adalah Nayla dan Ihsan” ,seru Arman.
“ Kenapa om sejahat ini kepadaku, padahal om tahu kalau dia adalah yang membunuh ayahku”. “Maaf Arrisa, manusia juga pernah khilaf, jadi kamu harus berbesar hati untuk memaafkannya.” ,jawab Dani. “Dan kamu, kamu tidak sadar diri siapa kamu sebernarnya apa?!!!anak dari seorang pembunuh yang TIDAK TAHU DIRI!!!.” ,bentak Arrisa. Suasana menjadi sepi, sunyi, Nayla tertegun bingung dengan semuanya, karena hanya dia yang tidak mengetahui masalah ini. Ketika itu, Arrisa menghampirinya dengan emosi, “sekarang kamu akan pilih siapa? Aku atau anak dari si bajingan itu?” Tanya Arrisa.“ Ini pilihan yang sangat berat bagiku, diantara belahan jiwa dan raga, aku harus memilih, tolonglah Riss…jangan begitu kepadaku, aku sangat menyayangimu, dan aku juga sangat mencintai Ihsan. Tolong kamu mengerti sedikit, aku tidak akan mungkin meninggalkanmu dan tidak akan juga meninggalkan dia, kamu harus memaafkan semua kesalahan yang dulu, yang terjadi kepada ayahmu.” ,jawab Nayla.“ Oke terimakasih Nay, terimakasih atas pilihanmu itu, aku tahu, kau tidak akan pernah memilihku, sia-sia aku telah mempercayaimu selama ini, tidak ada harnganya persahabatan kita ini. AKU TIDAK AKAN PERNAH MERESTUIMU!!! Mulai dari sekarang kau jangan pernah mengakui adanya aku dalam kehidupanmu, jangan pernah berharap lagi kau melihatku.” ,bentak Arrisa. Itu adalah perkataan terakhir dari Arrisa kepadanya, dia pergi dengan tangisan yang sangat luar biasa, Arman berusaha mencegahnya, tapi tidak berhasil.
Ihsan, diam seketika, dia sakit hati dengan perkataan Arrisa, karena dia benar-benar merasa malu dan bersalah atas perbuatan ayahnya itu, Kemudian dia menghampiri Nayla, yang telah memlihnya dari kejadian tadi. “Nay, kenapa kamu tidak mengejar sahabatmu tadi?” ,kata Ihsan. “Aku tidak bisa, aku sangat mencintaimu.” Jawab Nayla. “Tapi menurutku perkataan sahabatmu tadi ada benarnya juga, kau tidak sepantasnya memilihku, aku hanya anak dari seorang pembunuh, kau tidak pantas denganku, maafkan aku, aku tidak bisa menikahimu, karena tanpa restu dari orang yang telah di dzolimi oleh ayahku, rumah tangga kita tidaka akan kekal, maafkan aku. AKU SANGAT MENCINTAIMU, MAAFKAN AKU!” ,seru Ihsan. “ Tidakkkkk, kau tidak boleh meninggalkan aku Ihsan, kau tidak boleh begitu!!!” ,teriak Nayla. Ihsan tidak menghiraukan sedikitpun perkataan yang disampaikan Nayla. Setelah Nayla berusaha mengejarnya, tetapi tidak berhasil, Ihsan lenyap dalam kegelapan malam. Nayla berlari dengan tangisan dan perasaan bersalah yang sangat luar biasa. Dia menyesal dengan sikapnya yang sangat-sangat salah.
Danipun tidak tahan dengan perasaan bersalahnya, dia menyerahkan diri ke kantor polisi. Arman berusaha terus mencari Arrisa dan ibunya, Nayla dalam hari-harinya yang penuh kesedihan terus berlanjut, dan Ihsan yang menghilang itu, tidak ada kabar sama sekali.
Dua bulan kemudian, Nayla mendapatkan surat dari Arrisa secara to do point dan berupa puisi:
Persembahan manis untuk sahabatku tersayang:
“Dalam duka kau adalah penghibur yang sejati….
Dalam sepi kau adalah teman yang setia….
Dalam letih kau adalah semangat yang menguatkan…
Dalam rindu kau adalah muara yang bertepi….”
Terimakasih sahabatku, telah memberi hadiah istimewa kepadakau, dengan besarnya kekecewaanku, inilah hadiah untukmu dengan kepergianku….
Arrissa….
Nayla menagis dengan saat histeris, ditempat itu juga Nayla mendapatkan kabar dari Arman, kalau Arrisa sudah tidak ada di dunia ini lagi. Karena kesakitan hati Arrisa, yang telah di sakiti oleh sahabatnya sendiri, dia memutuskan untuk meninggalkan semua penderitaannya itu, dengan mati yang sangat menggenaskan. Di makam Arrisa, Nayla benar-benar sadar, kalau sekarang raganya itu telah benar-benar tiada. “Terimakasih atas semua nasehat, saran, dan semua kesan-kesan bersamamu kawan, aku tidak akan pernah mensia-siakan ragaku lagi, aku berjanji…tidak akan memilih tanpa berpikir dua kali, untukmu ragaku.” ,ucap Nayla sambil meremas-remas tanah makam dan kemudian mencium padung Arrisa. “Sudahlah nak, kita ambil hikmahnya saja dari semua kejadian ini.” Seru Arman.
Satu tahun kemudian, setelah kepergian Arrisa, dan Ihsan yang tidak pernah lagi kembali, akhirnya Nayla menyadari semua kesalahannya, bahwa sesuatu yang benar-benar berharga, bukanlah menjadi pilihan yang sangat enteng. Dia konsentrasi dengan mewujudkan cita-citanya tanpa memikirkan cinta, Arman bersama istrinya pulang kembali ke Mesir untuk menenangkan kembali kondisinya, Ihsan tidak pernah muncul kembali, Dani tinggal di penjara untuk selama-lamanya, dan istrinya terkena penyakit yang sangat memprihatinkan, Ibu Arrisa menenangkan diri dengan pulang kampung ke rumah ibunya yang ada di Tasikmalaya, setelah semua kejadian tragis yang menimpa dirinya setelah kehilangan Ardi suami tercintanya dan Arrisa putrinya.
By : Nidia S
Akhirnya Ardi memberikan mainan robot-robotan yang terbuat dari kayu itu kepada Dani. Dani memainkan robot-robotan itu dengan sambil lari-lari, tiba-tiba ada batu, dan dia terjatuh karena telah tersandung batu itu. Robot-robotannya itu rusak total. Tidak satu puing pun yang tersisa untuk bias diperbaiki.
Ardi tentu saja sangat-sangat marah besar kepadanya, karena robot-robotan itu adalah pemberian almarhum ayahnya. Sudah meminjam secara paksa, kemudian merusaknya. Terjadilah pertengkaran disitu antara Ardi dan Dani, mereka hampir saja bertengkar secara tidak sadar, dan hampir saja pukul-pukulan mereka akan mengakibatkan darah tubuh mereka sendiri keluar. Akhirnya Arman melerai mereka, Ardi hanya bisa menangis bukan dalam artian cengeng atau apa-apa. Karena dia ingat kalau Dani itu merupakan sahabat terbaik, dan tidak akan pernah melukainya lagi.
Setelah dua minggu mereka berdiam-diaman terus, dan Arman sebagai orang yang netral diantara mereka. Setelah beberapa kali Arman menasihati Dani karena sifat kesombongannya dan sifat cueknya itu, kebal sekali dia dinasehati, setelah berhasil mendengarkan perkataan Arman yang sangat mengetuk hati akhirnya Dani minta maaf kepada Ardi. Dan mereka pun saling bermaafan antara satu sama lain, meskipun dalam lubuk hati terdalam Ardi masih ada rasa kesal, marah, dan tidak karuan, tetapi dia harus melupakannya, karena nasi telah menjadi bubur. Tidak akan bisa kembali lagi menjadi baik. Untung saja Ardi berpikiran dewasa meskipun dia baru kelas 4 SD sama seperti halnya Dani dan Arman.
Setelah 6 tahun bersama di SD, mereka menginjak ke SMP. Seperti biasanya, mereka memilih sekolah yang sama, kelas bersama, dan ekskul yang bersama-sama mereka bertiga suka. Di sini mereka mulai mengenal bagaimana indahnya melihat lawan jenis mereka, mereka bertiga memiliki pilihan yang berbeda-beda. Arman selalu suka wanita yang sholeh, baik hati, pintar, cantik luarnya, maupun dalamnya. Lain halnya dengan Dani yang menyukai wanita yang seksi, popular di sekolah, dan kaya raya tentunya. Berbeda lagi dengan Ardi, yang menyukai wanita yang dingin, cuek,jutek dan bikin penasaran hatinya.
Ketiganya memiliki perbedaan tipe satu sama lain. Dua bulan tidak terasa mereka hanya sibuk dengan idaman wanitanya itu tanpa menyadari mereka telah berpisah bersama dengan sahabat-sahabat mereka sendiri. Setelah mereka bertiga sadar kalau waktunya itu hanya terbuang oleh kenafsuan mereka sendiri dengan mengejar-ngejar pujaan hatinya, mereka pun kembali bersama-sama, main bersama, ng-band bersama, dan telah sepakat membantu satu sama lain untuk menaklukan masing-masing pujaan atau dambaan hatinya.
Taktik mereka bertiga pun berhasil menaklukan hati belahan jiwa mereka. Sangat berbahagialah dengan pasangan masing-masing dengan susah payah berupaya mendekati sang wanita-wanita itu. Tetapi perasaan mereka tidak berlangsung lama, setelah akan menghadapi ujian.
Konsentrasi terhadap pelajaran adalah satu-satunya kunci keberhasilan dalam Ujian Nasional. Mengisi kekosongan dengan saling sering terhadap pelajaran adalah pekerjaan yang sedang ditekuni oleh mereka bertiga. Dan pada sampai waktunya, mereka berhasil mengerjakan soal-soal tanpa beban, karena otak mereka yang cerdas.
Lulus dengan nilai hasil memuaskan adalah tujuan mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Libur panjang telah menanti, mereka berpikir untuk pergi berlibur ke pantai bersama untuk berekreasi sesaat, setelah otak mereka di pekerjakan terus-menerus hingga batas akhir. Disana Arman, Dani, dan Ardi bersenang senang. Ketika di pantai yang indah, mereka mengungkapkan mimpi-mimpi yang sama dirasakan oleh ketiga insan manusia itu.
“Setelah dewasa nanti, aku ingin sekali membangun perusahaan yang besar, hingga masa kejayaannnya.” ,ungkap Dani. “Aku ingin sekali mempunyai pondok pesantren Al-Qur’an yang besar pula, karena aku ingin lebih mendekati Allah dan lebih bertawakal kepadanya.” ,ungkap Arman. “Tetapi aku juga mempunyai mimpi sama seperti kalian, aku ingin mempunyai rumah sakit yang besar dan aku yang sebagai pemimpin rumah sakit itu.”,ungkap Ardi.
“Amin-amin mudah-mudahan impian kita tercapai, tapi ada satu hal yang harus kalian ketahui.” kata Dani. “ Apa itu?” ,(Tanya Arman dan Ardi). “Kalian berdua harus membantu perusahaanku sampai memuncak kejayaannya nanti, tapi aku pun juga tetap memperbolehkan kalian berdua untuk menjalankan pekerjaan kalian masing-masing sambil membantu perusahaanku, karena tanpa kalian hidup itu terasa hampa. Disamping itu juga kalian mempunyai pekerjaan tambahan bukan dengan berpolitik bersamaku, bagaimana?” ,Dani mengungkapkan keinginannya seolah-olah dia yang paling mengatur hidup sahabat-sahabatnya sendiri.
“Oke juga idemu itu!” Arman setuju. “ Oke, bagaimana denganmu Ardi?” ,Tanya Dani. “Aku ikut kalian saja!”(setuju Ardi). “ Oke fine semuanya.” ,ujar Dani bahagia.
Setelah beberapa tahun kemudian, impian mereka pun terkabulkan. Dani mempunyai perusahaan sendiri. Arman memiliki pondok pesantren yang cukup terkenal, begitu pula dengan Ardi yang berhasil memiliki rumah sakit besar yang dipimpinnya sendiri. Ardi dan Arman pun tidak lupa dengan janji-janji mereka terhadapa Dani yang akan membantunya dengan terus mencapai masa kejayaan perusahaannya.
Sampai pada masa kejayaan Dani, mereka merayakannya dengan menikah bersama dengan pasangan yang mereka pilih sesuai dengan criteria masing-masing. Tetapi Arman setelah menikah nanti, dia akan berbulan madu di Mesir dan akan hidup bersama istrinya disana, dan entah kapan pulang ke Indonesia karena ada pekerjaan yang memakan waktu cukup lama sekali yang memaksanya untuk bekerja disana.
Setelah Arman pergi dengan rasa sedih di dalam hati Dani dan Ardi. Meskipun Arman tidak sanggup untuk meninggalkan kedua sahabatnya itu, tetapi dia tetap harus pergi demi menyambung karirnya. Ardi dan Dani pun harus melepas kepergiannya.
Satu tahun tidak terasa kepergian Arman begitu cepat, istri Dani dan Arman melahirkan secara bersama-sama, Begitu pula istri Arman melahirkan putri pertamanya yang diberi nama Nayla An-Nur Sadiyah. Melahirkan di Negara Mesir tanpa memberi tahu kedua sahabatnya, karena urusan pekerjaan yang menumpuk dan memaksa Arman untuk bekerja keras.
Istri Dani melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Ihsan Firdaus. Dan istri Ardi melahirkan putri pertama mereka yang diberi nama Arrisa Nur Fadhilah.
Tapi kebahagiaan itu tidak seabadi mungkin, masalah-demi masalah bertubi-tubi, rumah sakit besar milik Ardi bangkrut karena ada yang mengkhianatinya. Dia sangat bingung untuk menyambung hidupnya, dia berusaha menghubungi Arman untuk memberikan pekerjaan tambahan untuknya, tapi tidak berhasil. Karena Arman sangatlah sibuk dengan pekerjaannya, belum lagi tekanan batin yang diberikan oleh Dani, karena Ardi tidak bekerja dengan baik untuknya.
Sampai pada titik kebingungannya, tanpa pikir panjang, akhirnya Ardi mengambil alih seluruh angket perusahaan milik Dani, tanpa sadar kalau Dani adalah sahabatnya terbaik dari dulu.
Dani pun merasa aneh, karena lama-kelamaan orang-orang di kantor mulai beda dan aneh kepadanya. Setelah mengetahui sebenarnya, dia sangatlah marah, nafsunya memuncak. Kemudian Dani mengajak Ardi untuk berbicara atau menjelaskan langsung di sebuah caffe yang sepi untuk mengatasinya dengan otak yang dingin.
Tibalah mereka berdua di sebuah caffe yang dituju. Memesan makanan dan mulai berbincang dengan serius. “Oke sekarang jelaskan, kenapa angket-angketku atau hasil-hasil jerih payahku tidak sampai kepada tanganku sendiri, dan mengapa orang-orang kantor terasa beda terhadapku?” ,tanya Dani dengan nada tinggi dengan emosi. ” Maaf Dan, sebenarnya aku bingung harus bagaimana, rumah sakit yang telah jerih payah di bangun olehku, hangus semua karena perbuatan orang yang selama ini aku percaya. Aku telah menghubungi Arman untuk memberikan pekerjaan tambahan padakau, tapi hasilnya sia-sia, aku bingung harus bagaimana lagi, atasanku ini memperlakukan aku seperti binatang, sering membentakku, menghina, mencaci maki, karena pekerjaanku yang selama ini tidak becus karena masalah yang dating terhadapaku. Atasanku ini juga tidak sadar, kalau yang dibentak-bentaknya itu adalah sahabatnya sendiri (tertuju pada Dani). Jadi terpaksa karena kesakitan hatiku, aku merebut semua angket-angketmu dan hasil jerih payahmu untuk melangsungkan hidupku!” ,ungkap Ardi dengan nada puas.
“Dasarrrr kau penjahat sialaaannn…aku selama ini membentakmu, dan sering menghinamu, itu karena kesalahan kau sendiri yang selalu tidak bisa becus dalam pekerjaanmu! Aku tidak lupa kau brengsek adalah sahabatku!” ,bentak Dani.
“Benar, aku memang tidak becus dalam pekerjaanku, karena kau tidak tahu apa yang melatar belakangi aku menjadi seperti ini!!!kau hanya memikirkan diri sendiri,tanpa memikirkan keadaanku sekarang!” ,seru Ardi.
“Lancang kau telah berbicara seperti itu!” ,tanpa sadar, Dani mengambil pisau yang disediakan untuk makan, dia menusukkannya ke dalam perut Ardi. “Terimakasih atas pembalasanmu selama ini Dani, ini adalah hadiah terbesar yang telah kau lakukan kepadaku selama ini!” ,jelas Ardi dalam keaadaan sakit. Kemudian Dani sadar apa yang telah dilakukannya itu sangat-sangat melampaui batas. Dia langsung kabur lewat jendela dengan rasa bersalah.
Pelayan yang ada di caffe itu pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi lama-kelamaan para pelayan pun curiga dengan apa yang telah terjadi di ruangan itu sampai suara mereka terdengar keras-keras tidak ada yang mau mengalah kemudian sunyi tanpa ada siapapun. Salah satu pelayan mendobrak pintu itu, pintu itu terbuka, semua orang yang berada di situ semuanya kaget. Mereka semua hanya melihat orang yang tidak bernyawa dengan darah yang berceceran di atas lantai.
Pelayan di caffe itu langsung membawanya ke UGD dan memberitahukan pihak keluarganya untuk mengetahuinya. Tapi nyawa Ardi tidak terselamatkan, sampai hembusan nafas terakhirnya di dalam dekapan sang istri dan putrinya Arrisa. “Ayah!kenapa Ayah meninggalkan kami begitu cepatttt!siapa yang melakukan semua ini Ayah siapa???” ,tangisan Arrisa tidak tertahankan. “Sabar putriku, sahabat Ayah”. perkataan terakhir Ardi. “Jangannnnnn Ayahhhhhhhh jangannnnnn”. Seketika itu Ardi menutupkan mata untuk yang terakhir kalinya.
Sementara itu, dani dan keluarganya segera bergegas meninggalkan Indonesia agar tidak bisa tertangkap oleh pihak kepolisian. Keluarga Dani pindah ke Amerika tanpa di ketahui oleh siapapun. Dengan dihantui rasa bersalah, karena telah melenyapkan salah satu raganya sendiri.
10 tahun kemudian setelah lamanaya Ardi meninggal, Arrisa tumbuh cantik dan dewasa, dan ketika itu juga keluarga Arman pulang ke Indonesia. Nayla pun tumbuh cantik dewasa. Arrisa segera menceritakan semua yang terjadi kepada keluarganya. Arman pun sedih dan merasa bersalah setelah berapa tahun lamanya tidak memberi kabar kepada sahabat-sahabatnya. Ia sangat menyesal, dan langsung ke makam Ardi pada waktu itu juga. Arman memutuskan untuk tinggal di Indonesia untuk selamanya.
Dani pulang bersama keluarganya, tapi mereka diam-diam dan tidak ada kabar yang diketahui oleh Arman atau pun Arrisa. Ihsan tumbuh dewasa dan tampan, layaknya pemain film. Dia membangun perusahaan mulai dari nol, untuk meneruskan kelangsungan hidup keluarganya, karena ayahnya sudah tidak mampu untuk bekerja, karena penyakit yang datang bertubi-tubi menusuk badannya, karena hidupnya yang tidak selalu tenang, dihantui rasa bersalah.
Perusahaan Ihsan sukses dan mencapai masa kejayaan, dia mulai menyukai seorang wanita di kantornya. Wajahnya yang cantik, pintar, cerdas, shaleh itu tiada kata yaitu Nayla, anak dari sahabat ayahnya sendiri. Begitupun dengan Nayla yang tertarik dengan sang atasannya itu.
Akhirnya mereka berpacaran, dan berlangsung lama. Nayla tidak pernah bercerita kepada Arrisa identitas kekasihnya itu, karena dianggap malu mengakuinya, Nayla yang lulusan Mesir bisa berpacaran tanpa langsung menghitbahnya dan tidak mau kalau Ihsan direbut Arrisa, karena dia lebih cantik daripadanya. Tiap kali Arrisa menanyakannya, Nayla terus saja menghindari pertanyaan sahabatnya itu. “Apakah kamu sudah punya pacar?kalau sudah kok aku selalu gak di kasih tahu si Nay?” ,Tanya Arrisa.“Bukan maksud begitu Riss, aku hanya dekat saja dengan dia tidak lebih.” ,jawab Nayla. Dia tidak pernah mengakui keberadaan Ihsan kepada Arrisa. Berulang-ulang kali Arrisa menanyakan semua itu, tapi Nayla selalu saja menghindari pertanyaannya. Padahal Arrisa sendiri tidak akan memarahinya, kalau seandainya dia punya pacar, dia hanya ingin sahabatnya sendiri selalu bercerita tentang keadaannya yang selalu berbunga-bunga.
Sampai pada akhirnya Nayla bosan dengan pertanyaan yang dilontarkan Arrisa, dia pun menjawab tetapi tidak sepenuhnya menjawab. “Nay, ayolahhh aku merasa tidak dianggap olehmu, sebagai sahabat, harusnya kamu selalu terbuka kepadaku, bukan malah menghindariku, kita kan sudah bersahabat lama sekali. Masa masalah beginian kamu tidak mau cerita?” ,Tanya Arrisa dengan sangat penasaran.“Oke-oke aku akan memberitahumu, tapi pas detik-detik aku menikah nanti dengannya, maksudku tunangan yang akan datang, kamu harus datang ya!” ,ajak Nayla.“ Iya baik-baik aku akan datang tepat waktu.” ,seru Arrisa. Setelah dua-duanya saling sepakat, 1 tahun kemudian acara pertunanagan itu berlangsung dengan meriah, dengan acara islami tentunya.
Banyak sekali orang-orang kantoran dan pesantren yang datang, seketika itu Nayla akan memperkenalkan Ihsan kepada Arrisa. “Ass, Riss…perkenalkan ini Ihsan pria yang akan menyuntingku nanti” , kata Nayla .“ Wa’alaikumsalam Sohib, subhanallah, kenapa tidak dari dulu saja kau memperkenalkannya kepadaku.” ,seru Arrisa. “Wah…wah jadi selama ini kamu menyembunyikan aku ya dari sahabatmu sendiri.” ,kata Ihsan. “Surprise, inilah kejutan sayang, ini kejutan untukmu belahan jiwaku dan untukmu Riss ragaku” ,jawab Nayla dengan gembira.“Terimakasihhh”. Kompak Arrisa dan Ihsan.
Tapi suasana menjadi ricuh, ketika ayah Ihsan datang bersama istrinya. Terjadilah pertengkaran disitu.
“ Kau…..kau yang telah membunuh ayahku, dasar manusia tidak punya hati, berani-beraninya kau akan mempernikahkan anakmu bersama sahabatku” ,bentak Arrisa. Dan seketika itu Arman dan istrinya datang dan terkejut dengan perasaan bersalah mereka karena tidak pernah bercerita kalau yang akan menikah dengan putrinya itu adalah anak yang ayahnya telah membunuh Arrisa. “ Maafkan Om Riss, om merasa bersalah dengan kejadian yang dulu, waktu itu om emosi kepada ayahmu.” ,sesal Dani.“Kalau merasa bersalah sekarang juga om datang ke kantor polisi dan akui semua kesalahanmu.” ,bentak Arrisa.“Om tidak bisa Riss, ampuni om, jangan kau membatalkan pernikahan anak kami.” Permohonan Dani. “Iya Riss, om juga minta maaf, karena tidak memberi tahumu, kalau yang akan ditikahkan itu adalah Nayla dan Ihsan” ,seru Arman.
“ Kenapa om sejahat ini kepadaku, padahal om tahu kalau dia adalah yang membunuh ayahku”. “Maaf Arrisa, manusia juga pernah khilaf, jadi kamu harus berbesar hati untuk memaafkannya.” ,jawab Dani. “Dan kamu, kamu tidak sadar diri siapa kamu sebernarnya apa?!!!anak dari seorang pembunuh yang TIDAK TAHU DIRI!!!.” ,bentak Arrisa. Suasana menjadi sepi, sunyi, Nayla tertegun bingung dengan semuanya, karena hanya dia yang tidak mengetahui masalah ini. Ketika itu, Arrisa menghampirinya dengan emosi, “sekarang kamu akan pilih siapa? Aku atau anak dari si bajingan itu?” Tanya Arrisa.“ Ini pilihan yang sangat berat bagiku, diantara belahan jiwa dan raga, aku harus memilih, tolonglah Riss…jangan begitu kepadaku, aku sangat menyayangimu, dan aku juga sangat mencintai Ihsan. Tolong kamu mengerti sedikit, aku tidak akan mungkin meninggalkanmu dan tidak akan juga meninggalkan dia, kamu harus memaafkan semua kesalahan yang dulu, yang terjadi kepada ayahmu.” ,jawab Nayla.“ Oke terimakasih Nay, terimakasih atas pilihanmu itu, aku tahu, kau tidak akan pernah memilihku, sia-sia aku telah mempercayaimu selama ini, tidak ada harnganya persahabatan kita ini. AKU TIDAK AKAN PERNAH MERESTUIMU!!! Mulai dari sekarang kau jangan pernah mengakui adanya aku dalam kehidupanmu, jangan pernah berharap lagi kau melihatku.” ,bentak Arrisa. Itu adalah perkataan terakhir dari Arrisa kepadanya, dia pergi dengan tangisan yang sangat luar biasa, Arman berusaha mencegahnya, tapi tidak berhasil.
Ihsan, diam seketika, dia sakit hati dengan perkataan Arrisa, karena dia benar-benar merasa malu dan bersalah atas perbuatan ayahnya itu, Kemudian dia menghampiri Nayla, yang telah memlihnya dari kejadian tadi. “Nay, kenapa kamu tidak mengejar sahabatmu tadi?” ,kata Ihsan. “Aku tidak bisa, aku sangat mencintaimu.” Jawab Nayla. “Tapi menurutku perkataan sahabatmu tadi ada benarnya juga, kau tidak sepantasnya memilihku, aku hanya anak dari seorang pembunuh, kau tidak pantas denganku, maafkan aku, aku tidak bisa menikahimu, karena tanpa restu dari orang yang telah di dzolimi oleh ayahku, rumah tangga kita tidaka akan kekal, maafkan aku. AKU SANGAT MENCINTAIMU, MAAFKAN AKU!” ,seru Ihsan. “ Tidakkkkk, kau tidak boleh meninggalkan aku Ihsan, kau tidak boleh begitu!!!” ,teriak Nayla. Ihsan tidak menghiraukan sedikitpun perkataan yang disampaikan Nayla. Setelah Nayla berusaha mengejarnya, tetapi tidak berhasil, Ihsan lenyap dalam kegelapan malam. Nayla berlari dengan tangisan dan perasaan bersalah yang sangat luar biasa. Dia menyesal dengan sikapnya yang sangat-sangat salah.
Danipun tidak tahan dengan perasaan bersalahnya, dia menyerahkan diri ke kantor polisi. Arman berusaha terus mencari Arrisa dan ibunya, Nayla dalam hari-harinya yang penuh kesedihan terus berlanjut, dan Ihsan yang menghilang itu, tidak ada kabar sama sekali.
Dua bulan kemudian, Nayla mendapatkan surat dari Arrisa secara to do point dan berupa puisi:
Persembahan manis untuk sahabatku tersayang:
“Dalam duka kau adalah penghibur yang sejati….
Dalam sepi kau adalah teman yang setia….
Dalam letih kau adalah semangat yang menguatkan…
Dalam rindu kau adalah muara yang bertepi….”
Terimakasih sahabatku, telah memberi hadiah istimewa kepadakau, dengan besarnya kekecewaanku, inilah hadiah untukmu dengan kepergianku….
Arrissa….
Nayla menagis dengan saat histeris, ditempat itu juga Nayla mendapatkan kabar dari Arman, kalau Arrisa sudah tidak ada di dunia ini lagi. Karena kesakitan hati Arrisa, yang telah di sakiti oleh sahabatnya sendiri, dia memutuskan untuk meninggalkan semua penderitaannya itu, dengan mati yang sangat menggenaskan. Di makam Arrisa, Nayla benar-benar sadar, kalau sekarang raganya itu telah benar-benar tiada. “Terimakasih atas semua nasehat, saran, dan semua kesan-kesan bersamamu kawan, aku tidak akan pernah mensia-siakan ragaku lagi, aku berjanji…tidak akan memilih tanpa berpikir dua kali, untukmu ragaku.” ,ucap Nayla sambil meremas-remas tanah makam dan kemudian mencium padung Arrisa. “Sudahlah nak, kita ambil hikmahnya saja dari semua kejadian ini.” Seru Arman.
Satu tahun kemudian, setelah kepergian Arrisa, dan Ihsan yang tidak pernah lagi kembali, akhirnya Nayla menyadari semua kesalahannya, bahwa sesuatu yang benar-benar berharga, bukanlah menjadi pilihan yang sangat enteng. Dia konsentrasi dengan mewujudkan cita-citanya tanpa memikirkan cinta, Arman bersama istrinya pulang kembali ke Mesir untuk menenangkan kembali kondisinya, Ihsan tidak pernah muncul kembali, Dani tinggal di penjara untuk selama-lamanya, dan istrinya terkena penyakit yang sangat memprihatinkan, Ibu Arrisa menenangkan diri dengan pulang kampung ke rumah ibunya yang ada di Tasikmalaya, setelah semua kejadian tragis yang menimpa dirinya setelah kehilangan Ardi suami tercintanya dan Arrisa putrinya.
By : Nidia S
0 komentar:
Posting Komentar